Kematian ibu merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Kabupaten Bantul, kematian ibu merupakan salah satu permasalahan utama bidang kesehatan yang harus diatasi. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengendalikan Angka Kematian Ibu (AKI), namun AKI masih fluktuatif dan Bantul tercatat sebagai Kabupaten dengan AKI tertinggi di propinsi DIY.
Dalam upaya penanggulangan kematian ibu, salah satu isu strategis adalah Penanganan Ibu hamil, bersalin dan nifas berisiko tinggi untuk mengendalikan Angka Kematian Ibu belum optimal. Masalah tersebut disebabkan oleh karena keterlambatan penanganan bumil, bulin dan bufas, pemantauan ibu hamil, bersalin dan nifas melalui buku KIA / aplikasi SIPIA belum optimal, sistem rujukan yang belum optimal, kondisi kehamilan yang tidak layak dan masih adanya kendala dalam pembiayaan pelayanan KIA.
Pemantauan ibu hamil, bersalin dan nifas melalui buku KIA / aplikasi SIPIA yang belum optimal menjadi fokus utama pada proyek perubahan ini karena dampak yang cukup besar terhadap masalah kematian ibu. Dalam Peraturan Bupati nomor 38 tahun 2021 telah diatur peranan Dinas Kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan sereta stakeholder terkait dalam upaya menurunkan kematian ibu dan bayi, termasuk dalam penggunaan buku KIA dan aplikasi sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tetapi karena regulasi tersebut belum secara rinci mengatur peranan masing-masing, maka pemantauan ibu hamil, bersalin dan nifas beresiko tinggi belum optimal dilaksanakan.
Untuk mengatasi permasalahan dilakukan upaya solusi inovasi yang diberi nama BASUH TAPAK KAKI IBU, singkatan dari Bantul Sehat Untuk Hamil, Optimalkan Pemanfaatan Aplikasi, Kendalikan Angka Kematian Ibu.
Secara filosofis upaya ini mengandung makna untuk menghormati dan menyayangi ibu. Ada istilah sorga berada di bawah telapak kaki ibu yang berarti betapa mulianya seorang ibu bahkan pada bagian telapak kakinya yang dianggap sebagai tempat yang kotor. Dengan Basuh Tapak Kaki Ibu bermakna kita harus menjaga kesucian, menjaga kesehatan ibu agar selalu mengasuh dan membesarkan anak-anaknya dengan kasih sayang.
Secara implementatif, upaya ini adalah upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan aplikasi SIPIA ( Sistem Informasi Pemantauan Wilayah Kesehatan Ibu dan Anak) yang sudah ada di Kabupaten Bantul sebagai upaya menurunkan AKI. SIPIA memiliki banyak kegunaan, antara lain memantau adanya ibu hamil, bersalin dan nifas yang berisiko tinggi, sebagai sarana bertukar informasi ibu hamil antar fasyankes, dan sebagai dasar pengambilan keputusan di tingkat masyarakat, fasyankes primer dan fasyankes tingkat lanjutan.

Terobosan inovatif yang dilakukan :
- Optimalisasi pemanfaatan aplikasi melalui pengembangan dan integrasi antara aplikasi SIPIA dengan aplikasi lain yang memiliki kesamaan input agar lebih user friendly,
- Penyusunan Instruksi Bupati tentang pemanfaatan aplikasi SIPIA,
- Penyusunan pedoman penggunaan dan pemanfaatan SIPIA,
- Konektivitas semua fasyankes ke aplikasi SIPIA ,
- Pemberian penghargaan bagi fasyankes dan stakeholder yang aktif memanfaatkan aplikasi SIPIA.
Tujuan : mengoptimalkan pemanfaatan aplikasi SIPIA bagi para pemberi layanan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang terdiri dari Rumah Sakit, puskesmas, klinik, dokter praktik mandiri, bidan praktik mandiri, serta stakeholder di tingkat Pemerintah Kabupaten Bantul, panewu, lurah, dukuh, kader posyandu hingga keluarga ibu hamil, bersalin dan nifas untuk mengendalikan AKI di Kabupaten Bantul.
Sasaran :
- Fasilitas Pelayanan Kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik. Dokter Praktik, Bidan Praktik)
- OPD terkait
- Panewu
- Lurah
- Keluarga ibu hamil , bersalin dan nifas
Tahapan proyek perubahan: jangka pendek (2 bulan), pencapaian jangka menengah (6-12 bulan), dan pencapaian jangka panjang (12-24 bulan). Setiap tahapan ini akan diikuti dengan proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi secara berkesinambungan dan terjadwal.
Dengan proyek perubahan ini diharapkan ibu hamil, bersalin dan nifas berisiko tinggi dapat selalu terpantau, kasus kegawatdaruratan maternal segera tertangani dan dampaknya tidak ada lagi kematian ibu di Kabupaten Bantul.